29 Maret 2013

TUGAS FOOD SANITATION


1.      How do infections, intoxications, and toxin - mediated infections cause foodborne illness ?
Foodborne illness adalah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar. Foodborne illness disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme atau mikroba patogen yang mengkontaminasi makanan. Selain itu, zat kimia beracun, atau zat berbahaya lain dapat menyebabkan foodborne illness jika zat-zat tersebut terdapat dalam makanan. Makanan yang berasal baik dari hewan maupun tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada Manusia. Foodborne illness adalah suatu penyakit yang merupakan hasil dari pencernaan dan penyerapan makanan yang mengandung mikroba oleh tubuh manusia.
Foodborne illness dibagi menjadi 3 kelas yaitu :
Ø  Infection
Disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung mikroorganisme yang mengandung penyakit.
Ø  Intoxiation
Disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung zat kimia berbahaya atau racun yang di produksi oleh bakteri atau sumber lainya.
Ø  Toxin-mediated infection
Disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung mikroorganisme berbahaya yang mereproduksi toxin (racun) ketika didalam saluran cerna manusia
Gejala foodborne illness yang umumnya terlihat adalah perut mual diikuti muntah - muntah, diare, demam, kejang - kejang dan lain - lain. Foodborne illness memiliki onset time yang berbeda berdasarkan umur, kesehatan tubuh, berat badan, dan jumlah kontaminan yang terkandung dalam makanan atau minuman. Onset time adalah berapa lama waktu yang diperlukan sebelum menunjukkan gejala awal, mulai dari pada seseorang mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi (McSwane et. al. 2004, p.23).
2.      What four groups of people tend to be most susceptible to foodborne illness ?
Ø  anak kecil,
Ø  orang lansia,
Ø  orang yang sistem ketahanannya tertekan(imun rendah) ,seperti terkena HIV/AIDS, Kanker, diabetes atau orang yang sedang dalam masa pengobatan tertentu
Ø  wanita hamil dan menyusui (McSwane et. al. 2004, p.7).
3.      What are the three classes of foodborne hazards? Give an example of each class ?
3 kelas dalam Foodborne yaitu
1.      Biological hazards
Adalah bahaya yang timbul karena terdapatnya mikroorganisme pada makanan. Mikroorganisme tersebut meliputi bakteri, virus, parasit, dan jamur.
Contoh : banyak ditemukan di daging mentah, sayuran dan buah-buahan yang mentah.
2.      Chemical hazards
Terdapatnya zat beracun yang timbul secara natural di tambahkan pada makanan dan zat tersebut meliputi bahan kimia.
Contoh : bahan pertanian seperti pestisida dan pupuk, cairan pembersih, logam berat (timah dan merkuri) dan bahan tambahan makanan (MSG)
3.      Physical hazards
Terdapatnya benda asing didalam makanan baik lunak maupun keras, yang dapat menyebabkan sakiy atau luka.
Contoh : pecahan kaca atau gelas, perhiasan, rambut, batu, dan Serat kayu tusuk gigi pada sandwich.
4.      What are potentially hazardous foods (time - temperature control for safety foods)? What characteristics cause these foods to be frequently associated with foodborne disease outbreaks? And what is the temperature danger zone, and why is it important to food safety?
Makanan yang berpotensi bahaya adalah semua makanan yang berprotein tinggi, berkadar air tinggi, biasanya netral atau sedikit asam (acid rendah) dan lembab. Setiap pekerja jasa makanan harus menggunakan waktu-kontrol suhu untuk keselamatan (TCS) saat menangani makanan berpotensi berbahaya. Intinya adalah bahwa makanan yang berpotensi berbahaya harus disimpan panas atau dingin untuk meminimalkan pertumbuhan bakteri. Makanan berpotensi berbahaya dapat mendukung pertumbuhan bakteri patogen.
Karakteristik Makanan yang berpotensi bahaya:
-          apabila ditinggalkan di ruangan yang hangat
-          apabila dipanaskan perlahan-lahan
-          selama proses pendinginan setelah dipanaskan
-          apabila terkena cahaya matahari di jendela-jendela toko
-          apabila saus/kaldu yang panas dituangkan pada makanan yang dingin
Suhu zona bahaya adalah pertumbuhan yang cepat biasanya terjadi ketika makanan yang diletakkan pada suhu antara 41 ° F dan 135 ° F (5 ° C dan 63 ° C). Banyak bakteri bermultiplikasi hingga lebih dari satu juta sel dalam waku beberapa jam saja. Hal ini disebabkan karena bakteri memiliki kemampuan untuk membelah diri dengan cepat. Bakteri memerlukan waktu skitar 4 jam untuk menjadi jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit.
5.      What is meant by poor personal hygiene, and how can it lead to foodborne illness?
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak berbau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, gosok gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih.
Ketika orang tidak belajar kebiasaan-kebiasaan, atau mengabaikan kebersihan konsekuensi tertentu dapat berkembang mulai dari masalah sosial terhadap penyakit yang berpotensi serius. Mencuci tangan dengan benar dan teratur dapat menghindarkan kita dari terinfeksi kuman-kuman penyakit. Tangan kita merupakan inang bakteri dan virus yang dapat menyebabkan penyakit menular. Setiap manusia kontak dengan kuman dan bakteri setiap harinya, mikroorganisme yang hadir di sekitar kita seperti pada uang, pegangan pintu, dan kran. Banyak orang di sekitar kita yang menyepelekan cuci tangan dan langsung saja menikmati makanan tanpa cuci tangan, sehingga kuman ataupun bakteri akan masuk ke dalam tubuh melalui kuman-kuman yang menempel pada tangan berpindah ke makanan dan secara otomatis kuman akan menyerang tubuh kita , misalnya terjadi diare. Mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun dan teknik yang benar akan menghindarkan kita dari penyakit.
6.      What is cross - contamination, and what are some ways to prevent it?
Cross contamination ( kontaminasi silang ) adalah perpindahan bakteri dari satu makanan ke makanan lainya atau dari permukaan suatu benda (peralatan makanan atau tangan manusia) ke makanan (McSwne et. al., 2004, p.83).
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kontaminasi silang yaitu (McSwane et. al., 2004, pp.83-84) :
Ø  Makanan yang telah dimasak dan makanan siap saji harus disimpan di tempat penyimpanan pada bagianya yang lebih tinggi dari tempat penyimpanan bahan mentah
Ø  Memisahkan bahan makanan mentah dan makanan siap saji pada saat penyimpanan
Ø  Menjaga kebersihan diri dan mencuci tangan dengan cara yang tepat
Ø  Menjaga permukaan semua peralatan yang bersentuhan dengan makanan agar tetap bersih
Ø  Menggunakan sarung tangan atau alat penjepit makanan untuk menghindari penggunaan tangan secara langsung pada makanan siap saji
Ø  Memisahkan peralatan seperti cutting-board, untuk bahan makanan mentah dan bahan makanan siap saji, dengan menggunakan warna yang berbeda (colour coding) pada cutting-board untuk mempermudah
Ø  Menggunakan peralatan yang bersih dan telah disanitasi dalam mengolah bahan makanan
Ø  Menyiapkan makanan siap saji terlebih dahulu, kemudian bahan makanan mentah
Ø  Menyiapkan makanan siap saji dan bahan makanan mentah di tempat yang terpisah
Hal yang terpenting adalah memisahka makanan siap saji dari bahan makanan mentah, baik pada saat penyimpanan maupun pada saat persiapan agar tidak terjadi kontaminasi silang (McSwane et. al., 2004, p.84).
7.      Please discuss this statement: Access to healthy food is an environmental justice issue
Menurut saya akses makanan sehat merupakan hak setiap manusia dan merupakakn salah satu keadilan lingkungan. Karena makanan yang dikonsumsi manusia berasal dari lingkungan, baik yang di tanam ataupun yang telah tersedia oleh alam di lingkungan. Jika makanan yang di tanam sehat dan tidak mengandug pestisida dan bahan kimia lainya. Maka pemenuhan akses makanan sehat bagi manusia terpenuhi dan lingkungan menjadi sehat dan tidak tercemar. Inilah yang dimaksud keadilan lingkungan. Akan tetapi jika penanaman pada lingkungan menggunakan pestisida maka konsumsi makanan ke manusia tidak aman dan lingkungan menjadi tercemar. Jika kita ingin mewujudkan keadilan lingkungan yang di sertai konsumsi yang aman buat manusia , maka perlu menyiapkan segala macamnya sendiri seperti menananm padi dan sayuran sendiri. Tetapi itu sangat sulit di lakukan.
8.      Describe about food safety problem in Indonesia. Please mention the references
80 Jenis Makanan di Pasar Tradisional Mengandung Boraks
SOLO- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Jawa Tengah menemukan 17 persen dari 800 sampel makanan di sejumlah pasar di Semarang dan Solo, mengandung zat pewarna sintetis rhodamin B, formalin, serta boraks. Nahasnya makanan tersebut dijual bebas.
“Kita tidak bisa melarang penjualan rhodamin, formalin, serta boraks.Yang bisa kita lakukan, mencegah agar bahan-bahan tersebut tidak dicampur di produk makanan,” jelas Kepala BPOM Jawa Tengah, Supriyanto Utomo, di sela-sela sidak makanan di Pasar Legi Solo, Jawa Tengah, Senin (13/8/2012).
Di Malang Banyak Ditemukan Makanan Kadaluarsa
TEMPO.CO, Malang--Tim gabungan Dinas Perindustrian Perdagangan, Satuan Polisi Pamong Praja, Dinas Kesehatan dan Bagian Perekonomian Kota Malang menggelar inspeksi mendadak peredaran barang selama menjelang lebaran. Inspeksi dilakukan di sejumlah pasar tradisional, pasar modern dan pusat perbelanjaan. Hasilnya, ditemukan berbagai jenis makanan dan minuman kadaluarsa dan kemasan rusak.
"Banyak ditemukan kaleng susu kemasan rusak. Berbahaya karena terkontaminasi bakteri," kata Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang, Siti Mahmudah, Kamis 2 Agustus 2012. Tak sedikit pula makanan ringan tak dilengkapi tanggal kadaluwarsa, terutama aneka jenis kudapan dan kue yang biasa disajikan saat lebaran.
Mengunyah 7.000 Pentol Bakso Olahan Daging Tiren
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Dua rumah tempat produksi rumahan bakso (pentol bakso) yang dibuat dari daging ayam tiren (daging mulai membusuk) di dusun Pungkuran Wetan, Pleret, Bantul tampak sepi, Kamis (30/8/2012). Garis polisi masih tampak melintang di sisi belakang rumah yang relatif cukup luas.
Informasi yang dihimpun Tribun Jogja di sekitar lokasi produsen bakso daging tiren itu, usaha rumahan milik Mujiasih itu setidaknya sudah berjalan sekitar 10 Tahun. Tiap harinya lebih kurang 500 Kilogram daging diolah kemudian dijadikan bakso, sedikitnya 7000 pentol bakso diedarkan kemudian dikunyah para penikmat bakso. 
Bakso Oplos Daging Babi di Jakbar Dijual Rp 300-1.500/ butir
Jakarta - Sudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat menemukan daging bakso yang mengandung daging babi dari beberapa pasar di Jakarta Barat. Menurut Kepala Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat, Eviati, kedua bakso itu nyaris tidak ada perbedaan.
“Warnanya hampir sama, jadi kalau secara fisik memang sulit sekali membedakannya. Kalau murni daging babi biasanya warnanya keputih-putihan,” kata Eviati saat dihubungi wartawan, Kamis (13/12/2012)
Ups.. Makanan Berpestisida Bisa Bikin Pria Berubah Kelamin
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Berganti kelamin gara-gara makan makanan berpestisida? Itu sangat mungkin terjadi, lho.
Sumber-sumber makanan terpapar pestisida itu sangat berbahaya. Menurut Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, Ph.D, makanan berpestisida memang bisa membuat orang yang mengkonsumsinya itu menjadi transeksual.
Lalu, bagaimana ceritanya? Ketika mengkonsumsi makan berpestisida, alat kelamin pria akan menjadi kecil. Selain itu, pestisida juga mengubah kelenjar dan hormon tubuh lelaki tersebut. “Zat yang ada di pestisida itu akan mengubah endokrin dan hormon dalam tubuh yang mengkonsumsinya,” ujarnya.
Hal ini terjadi, menurutnya, karena beberapa pestisida berfungsi untuk memandulkan serangga. Pestisida golongan androgenik itu menimbulkan efek mandul.





DAFTAR PUSTAKA

di akses tanggal 29 maret 2012

25 Maret 2013

TEORI TERJADINYA PENYAKIT


TEORI – TEORI TERJADINYA PENYAKIT
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Penyakit adalah keadaan yang bersifat objektif sedangkan rasa sakit adalah keadaan yang bersifat subjektif. Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasa sakit, sebaliknya tidak jarang ditemukan seseorang yang selalu mengeluh sakit padahal tidak ditemukan penyakit apapun pada dirinya (Azrul Azwar, 1988:18).
KONSEP PENYAKIT
1.      Contagion theory
Di Eropa, epidemi sampar, cacar, dan demam tifus merajalela pada abad 14 dan 15. Pada saat itu mendorong lahirnya teori bahwa kontak dengan makhluk hidup adalah penyebab penyakit menular. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya mengatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat penular, yaitu kantagion. Disebut juga teori cara penularan penyakit melalui zat penular. Konsep kontagion muncul pada abad XVI oleh Giralomo Fracastoro (1478-1553). Fracastoro dikenal sebagai salah satu perintis epidemiologi, ia juga dikenal sebagai seorang sastrawan yang terkenal di mana salah satu tokoh pelakunya bernama syphilis, yang hingga sekarang digunakan menjadi nama suatu penyakit kelamin.
Teori mengemukakan bahwa untuk terjadinya penyakit diperlukan kontak antara satu orang dengan orang yang lainnya. Fracastoro membedakan tiga jenis kontangion, yaitu:
1.      Jenis kontangion yang dapat menular melalui kontak langsung misalnya bersentuhan, berciuman, hubungan seksual
2.      Jenis kontangion yang menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang lain) misalnya melalui pakaian, handuk, sapu tangan
3.      Jenis kontangion yang dapat menularkan dalam jarak jauh
Menurut konsep ini sakit terjadi karena adanya proses kontak bersinggungan dengan sumber penyakit. Dapat dikatakan pada masa ini telah ada pemikiran adanya konsep penularan. Pada waktu itu orang belum mengenal kuman atau bakteri, namun mekanisme cara penularan menurut contagion tersebut mirip dengan cara yang dikenal sekarang dalam era bakteriologi. Misalnya dengan contagion dikenal cara penularan melalui kontak langsung (bersentuhan, berciuman, hubungan sex dll), melalui benda perantara (pakaian, sapu tangan, handuk dll) dan melalui udara (jarak jauh)
Teori ini tentu dikembangkan berdasarkan teori penyakit pada masa itu dimana penyakit yang melanda kebanyakan adalah penyakit yang menular yang terjadi adanya kontak langsung. Teori ini bermula dari pengamatan terhadap epidemic dan penyakit lepra di Mesir. Namun teori ini pada jamannya tidak diterima dan tidak berkembang.
2.      Hippocratic theory
Zaman Hippocrates (460-377 SM). Ia dianggap bapak epidemiologi pertama, karena beliaulah yang pertama-tama melihat bahwa penyakit merupakan fenomena massal dan menulis tiga buah buku tentang epidemi. Ia juga menguraikan bahwa penyakit bervariasi atas dasar waktu dan tempat sehingga pada saat itu  ia sebetulnya sudah tahu adanya pengaruh faktor alam/lingkungan yang ikut menentukan terjadinya penyakit. Dapat juga dikatakan bahwa beliau sudah dapat melihat bahwa frekuensi penyakit terdistribusi tidak merata atas dasar berbagai faktor seperti waktu, tempat, atribut orang, dan atau faktor lingkungan lainya. Faktor-faktor sedemikian, yakni yang ikut mempengaruhi terjadinya penyakit, tetapi bukan penyebabnya, disebut faktor determinan atau faktor penentu(Juli Soemirat, 2010:23-24). Jadi Teory Hypocrates menyebutkan, bahwa timbulnya penyakit karena pengaruh Iingkungan terutama: air, udara, tanah, cuaca (tidak dijeIaskan kedudukan manusia dalam Iingkungan).
3.      Miasmatic theory
Teori Miasma, penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati membusuk, meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan.
William far menyebutkan bahwa miasma itu uap jasad renik yang membusuk. Hampir sama dengan Hippocratic teori, miasmatic teori menunjukkan gas gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit. Menurut teori ini penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati membusuk, meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan.
            Teori Miasma Hippocrates menjelaskan bahwa penyakit terjadi karena “keracunan” oleh zat kotor yang berasal dari tanah, udara, dan air. Karena itu upaya untuk mencegah epidemi penyakit dilakukan dengan cara mengosongkan air kotor, membuat saluran air limbah, dan melakukan upaya sanitasi (kebersihan). Teori Miasma terus digunakan sampai dimulainya era epidemiologi modern pada paroh pertama abad kesembilan belas (Susser dan Susser, 1996a).
            Teori ini punya arah yang lebih spesifik , namun kurang mampu untuk menjawab pertanyaan berbagai penyakit. Teori miasma ini mulai berkembang pada awal abad ke 18 yaitu pada masa revolusi industri di Inggris, ketika terjadi wabah kholera di aliran sungai Thames. Pada waktu itu orang percaya bahwa bila seseorang menghirup uap busuk, maka ia akan terjangkit penyakit.
            Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang artinya udara yang busuk. Pada masa yang lalu malaria dianggap sebagai akibat sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk tersebut.

4.      Germ theory
Teori ini dikemukakan oleh John Snow (1813-1858), seorang dokter ahli anestesi dari Inggris. Ia berhasil membuktikan adanya hubungan antara timbulnya penyakit kholera dengan sumber air minum penduduk. Dari hasil perhitungan ini di kemukakan kesimpulan bahwa air minum yang tercemar dengan tinja manusia adalah penyebab timbulnya penyakit kholera. Kesimpulan ini diambil tanpa mengetahui adanya kuman kholera, karena pengetahuan tentang pengetahuan ini baru kemudian muncul. Pada teori ini jasad renik (germ) dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit(Azrul Azwar, 1988:18).

TEORI EKOLOGI LINGKUNGAN
1.      Model Gordon
Teori ini di kemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950 dan dinamakan model Gordon sesuai dengan nama pencetusnya. Model gordon ini menggambarkan terjadinya penyakit pada masyarakat, ia menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni lingkungan (L). Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni A, H. Dalam model ini A, H dan L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit, dimana :
A = agent/penyebab penyakit
B = host/populasi berisiko tinggi, dan
C = lingkungan
            Interaksi di antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya faktor penentu pada setiap elemen. Model ini mengatakan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat, seperti gambar di bawah ini :



A                                                                                 H

 


Sebaliknya, apabila resultan daripada interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak tidak sehat atau sakit. Model gordon ini selain memberikan gambaran yang umum tentang penyakit yang ada di masyarakat, dapat pula digunakan untuk melakukan analisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang ada(Juli Soemirat, 2010:23-24).
Dalam pandangan epidemiologi klasik dikenal segitiga epidemiologi (epidemiologic triangle) yang digunakan untuk menganalisis terjadinya penyakit yang di gambarkan sebagai berikut :
 
 










Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agen, namun selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular dengan memperluas pengertian agen.
2.    The wheel of causation (Teori Roda)
Model ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya dan komponen lingkungan biologi, sosial, fisik mengelilingi penjamu. Ukuran komponem roda bersifat relatif, tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter tentunya proporsi inti genetikrelatif besar, sedang penyakit campak status imunitas penjamu dan biologik lebih penting daripada faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya dalam hal stres mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih besar.
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen. Di sini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan.
Teori ini merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan hubungan antara manusia dan lingkungan. Roda terdiri daripada satu pusat (pejamu atau manusia) yang memiliki susunan genetik sebagai intinya. Disekitar pejamu terdapat lingkungan yang dibagi secara skematis ke dalam 3 sektor yaitu lingkungan biologi, sosial dan fisik.
Besarnya komponen-kompenen dari roda tergantung kepada masalah penyakit tertentu yang menjadi perhatian kita. Untuk penyakit-peyakit bawaan (herediter) inti genetik relatif lebih besar. Untuk kondisi tertentu seperti campak, inti genetik relatif kurang penting oleh karena keadaan kekebalan dan sektor biologi lingkungan yang paling berperanan. Pada model roda, mendorong pemisahan perincian faktor pejamu dan lingkungan, yaitu suatu perbedaan yang berguna untuk analisa epidemiologi.

                        http://4.bp.blogspot.com/_P3QbBrepTgI/TAZmz7SARmI/AAAAAAAAArs/Jp-ufMO-dfQ/s400/c.png
3.    The web of causation (jaring-jaring sebab akibat)
Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh (1970). Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai factor. Misalnya factor interaksi lingkungan yang berupa factor biologis, kimiawi dan social memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit.
            Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik.
Hakikat konsep ini adalah efek yang terjadi tidak tergantung kepada penyebab-penyebab yang terpisah secara mandiri, tetapi lebih merupakan perkembangan sebagai suatu akibat dari suatu rangkaian sebab-akibat, dimana setiap hubungan itu sendiri hasil dari silsilah (geneologi) yang mendahuluinya dan yang kompleks (complex geneology of antecenden).
Suatu penyakit tidak tergantung kepada penyebab yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Penyakit juga dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai di berbagai faktor.
Contoh: Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK) dimana banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan perkembangan penyakit.
Beberapa dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (umpama LDL genotip), yang lain seperti komponen makanan, perokok, inaktifasi fisik, gaya hidup dapat dimanipulasi.
 http://4.bp.blogspot.com/_P3QbBrepTgI/TAZmnFbXREI/AAAAAAAAArk/kgoFncj8xn4/s400/b.png