24 Desember 2014

Senja di Ujung Penantian Saliha

Senja di Ujung Penantian Saliha
            Saliha Afriyani, nama itu tertulis dalam daftar yang lolos dalam pengangkatan CPNS di kota Semarang. Jutaan orang saat ini sedang mengakses situs pengumuman CPNS dari web Dikti. Para sarjana berharap-harap cemas membuka laman pengumuman ini. Mereka berharap akan lolos seleksi CPNS dan mengabdikan ilmunya di tempat kerjanya nanti. Kesibukan itu tak terlihat dari seorang wanita berjilbab yang sedang tekun memberi penyuluhan tentang KB di balai desa. Saliha, seorang SKM (Sarjana Kesehatan Masyarakat) yang baru di wisuda dua bulan yang lalu. Kini ia bekerja menjadi tenaga penyuluh di puskesmas tempat tinggalnya.
“Saliha, bukankah hari ini pengumuman CPNS,” tanya bu Dea selaku Kepala Puskesmas.
“Saliha baru teringat bu, Terimakasih sudah mengingatkan,” ucap Saliha dengan tenang.
“Semoga mendapat hasil yang baik ya Sal, Ibu mendoakanmu.”
Drzzzt....Drzzzt
            Saliha merasakan ada getaran sms masuk di saku roknya. Saliha mempercepat langkah masuk ke rumahnya. Memasuki kamar dan segera membuka ponselnya.
From   : Mb Diana
Dek Saliha...Selamat kamu lolos CPNS.
Barusan mb membukanya.
Barakallah ya sayang J
            Saliha terbungkam membaca isi pesan itu. Pesan dari mb Diana murabbinya saat ini. Terlukis semburat rona kebahagiaan di wajahnya. Saliha bergegas menyalakan laptponya, ia ingin memastikan sendiri. Namanya memang tercantum dalam daftar yang lolos CPNS tahun ini.
Ya Rabb, hamba berucap syukur atas segala anugerahmu. Saliha bertakbir dalam hati mendengar gemuruh suara hatinya yang terlampau gembira.
***
“Saliha, Kapan kamu akan menikah?” Ucap Abi tiba-tiba di tengah jamuan makan malam ini.
“Saliha belum tahu bi, Saliha akan fokus kerja dulu,” jawab Saliha dengan hati-hati.
“Pikirkan baik-baik, pekerjaan sudah kamu dapatkan. Apalagi yang kamu tunggu?,” pernyataan Abi semakin memojokkanku.
            Dengan bertemankan cahaya rembulan, Saliha tertunduk lesu di tepi jendela kamarnya. Ucapan Abi tadi mengoyak relung hatinya, gembok hati yang terkunci rapat seakan lepas dari genggamanya. Hati yang lama telah ia kunci seakan menuntut untuk segera melepaskan diri. Menikah bukanlah hal yang Saliha fokuskan saat ini, ia ingin mengabdikan ilmunya dan melanjutkan studi S2 ke Belanda. Menikah adalah urusan nomer sekian dalam impian Saliha. Namun keinginan Abi sulit untuk di tolaknya. Abi adalah tipe orang yang keras kepala, di rumah ini tidak ada yang berani membantah keinginan Abi.
Ya Illahi, apa gerangan yang harus hamba lakukan...mengejar Cita-cita atau menuruti keinginan Abi, batin Saliha.
            Tiba-tiba pintu kamar Saliha di ketuk oleh Abinya. Dengan langkah gontai ia berjalan membukakan pintu untuk ayah tercintanya.
“Saliha ini proposal calon imammu. Coba dibaca dan beri keputusan secepatnya,” Ucap Abi.
“Abi, Saliha belum siap menikah,” Saliha dengan ragu memandang wajah Abinya.
“Semua orang pasti akan bilang belum siap Saliha...Sholatlah nak, semoga diberi petunjuk oleh Allah,” Ucap Abi tegas menatap mata saliha.
            Saliha memperhatikan dengan seksama proposal dengan sampul warna biru muda itu. Membuka dengan sangat hati-hati dan menghayati setiap bait tulisan di kertas putih itu. Saliha bergumam dalam hati Inikah Jodohku Ya Rabb ? Rifqy Andrean !
Kakak kelas Saliha, ingatanya berputar menerawang ke masa-masa SMA.
***
            Sehari setelah pengangkatanya sebagai PNS, Saliha memutuskan untuk menerima Rifqy sebagai calon suaminya. Keputusan yang sangat bertentangan dengan cita-citanya saat ini. Abi sangat bahagia mendengar keputusan Saliha, bahkan Abi berucap akan menggelar pesta besar-besaran dalam pernikahan Saliha. Saliha adalah putri terakhir dari tiga bersaudara. Kedua kakaknya perempuan telah menikah bahkan disaat mereka masih di bangku kuliah. Budaya dalam keluarga Saliha terbiasa menikahkan anaknya dalam usia muda.
            Proses taaruf antara Rifqy dan Saliha terbilang cukup singkat, pasangan ini langsung memutuskan untuk menikah. Saliha memahami posisi Rifqy yang bekerja di Kalimantan, tidak mungkin harus bolak-balik ke Jawa untuk menemui dirinya.
“Umi, apakah Saliha harus mengikuti kak Rifqy ke Kalimantan setelah menikah,” tanya saliha pada Ibunya.
“Seorang istri harus mengikuti perintah suami Saliha. Akan lebih baik jika pasangan suami istri itu bersama, tidak berjauhan.” Jawab umi dengan tenang.
Haruskah aku meninggalkan Jawa, tanah kelahiranku. Tempat aku hidup selama dua puluh tiga tahu ini. Saliha berdebat dengan hatinya sendiri, memikirkan nasibnya setelah menikah dengan Rifqy.
***
            Pernikahan Saliha dan Rifqy terselenggara dengan meriah. Kedua keluarga ini bercengkerama dengan bahagia. Rifqy hanya mengambil cuti selama satu minggu, selebihnya ia harus pulang kembali ke Kalimantan untuk bekerja. Saliha terpaksa berpisah sementara dengan suaminya, ia terikat kerja PNS untuk satu tahun di tempat tinggalnya. Baru di tahun kedua ia boleh pindah mengikuti suaminya.
            Seusai pernikahan dan sekembalinya Rifqy ke Kalimantan. Saliha di sibukkan dengan rutinitas kerjanya di kantor BKKBN, tiada yang berubah dalam dirinya kecuali status yang ia sandang saat ini sebagai seorang Istri. Komunikasinya dengan Rifqy berjalan dengan normal selayaknya pasangan pengantin baru. Setiap pagi sms mesra dari Rifqy selalu mengawali harinya.
            Sebulan setelah pernikahanya, saliha mulai merasakan ketidak beresan dalam rumah tangganya, bukan hanya komunikasi keduanya yang merenggang. Namun saliha sedikit terusik dengan sebuah pesan yang kemarin masuk di ponselnya. Pesan dari seorang wanita yang menanyakan status dirinya terhadap Rifqy.
 Assalamualikum dek Saliha,
Saya Rani, bolehakah saya bertanya tentang Rifqy,
Secara tidak sengaja saya melihat pesan mesra dari no anda.
Ada hubungan apa diantara kalian berdua ?
Terimaksih, Wassalam.
            Gemuruh amarah bergejolak dalam hati Saliha, ia tidak menyangka ada seorang wanita menanyakan statusnya dari Rifqy. Apa kak Rifqy tidak menceritakan kalau aku ini Istrinya. Atau jangan-jangan dia menyembunyikan identitasnya yang telah beristri. Saliha bergumam dalam hati.
“Assalamualaikum kak, Apa Kabar?” Saliha memberanikan diri menelfon suaminya.
“Waalaikumsalam dek, Alhamdulillah baik dek. Ada masalah di rumah?” Rifqy menyatakan keherananya setelah mendapat telfon dari Saliha.
 “Kak, siapa wanita yang bernama Rani?” saliha dengan hati-hati menanyakan tentang Rani pada Rifqy.
“Rani...ka...mu mengenalnya?” jawab Rifqy terbata-bata.
“Tidak kak, kemarin ada pesan tentang Rani yang menanyakan kakak,” Ucap Rani.
“Dia hanya temanku, sudah dulu...kakak mau melanjutkan kerja,”
Tuutttt....tuuuttttt
Sambungan telfon terputus secara sepihak. Kak Rifqy bilang kerja, jam 9 malam segini ia masih bekerja. Sungguh alasan yang tak masuk akal. Di kantor kak Rifqy lembur hanya sampai jam 8 malam. Ada apa dengan semua ini, Saliha sungguh takut terhadap rumah tangganya yang baru seumur jagung ini, batin Saliha.
Saliha membukan akun Facebook di Laptopnya, ia ingin berselancar di dunia maya. Melepas segala penat yang menghimpitnya. Saliha melihat obrolan aktif di akun Facebook  mikik suaminua :      Rifqy Andrean.
Iseng saliha mencoba klik akun Facebook suaminya, hanya ingin tahu status apa yang sering di buat suaminya. Mata Saliha terbelalak melihat sebuah pemandangan di akun Facebook suaminya. Sebuah foto mesra terpampang dengan jelas disana. Kak rifqy menggandeng mesra tangan seorang wanita, matanya menatap sendu pada bibir merah wanita itu.
            Ribuan peluru tiba-tiba menghantam hatinya, rasa sesak luar biasa menjalar di seluruh tubuh Saliha. Mulutnya terkunci tak bisa mengucapkan sepatah katapun. Saliha syok melihat foto suaminya dengan wanita lain. Tanganya semakin jeli membongkar akun Facebook suaminya. Bukan hanya foto yang menyesakkan hati Saliha, terlebih sebuah komentar-komentar mesra Rifqy telah melukai hatinya.
Bagaimana mungkin ini terjadi, foto-foto yang di unggah itu foto terbaru. Apa kak rifqy berselingkuh disana? Saliha menyadari kebodohanya tidak pernah aktif di media sosial. Sampai informasi sepenting ini ia tidak mengetahuinya. Saliha berdebat dalam hati.
            Keingintahuan Saliha tidak berhenti begitu saja, ia melanjutkan dengan klik profil wanita tersebut. Wanita tersebut bernama Rani, Mungkinkah wanita yang mengirimi sms padaku kemarin malam, batin Salihha.
            Saliha mulai merasa khawatir akan rumah tangganya. Pikiran-pikiran buruk mulai menjadi daya tarik imajinasinya. Komunikasinya dengan rifqy semakin memburuk, Saliha tidak pernah menanyakan sosok wanita tersebut. Ia bertekad akan percaya pada kesetiaan suaminya. Meski hati kecilnya selalu berontak untuk mengetahui hal yang sebenarnya terjadi antara Rifqy dan Rani.
***
“Bagaimana kabar suami nak,” tanya Abi di tengah ruang keluarga.
“Alhamdulillah! Baik Abi ,” ucap Saliha dengan tenang.
“Kam tidak ingin mengujunginya kesana, besok lusa tanggal merah. Akan ada 5 hari libur kerja,”
“Haruskah Saliha mengunjunginya bi,” tanya Saliha.
“Jenguklah Saliha, selagi ada waktu,” Jawab Abi dengan tenang.
            Saliha berangkat menuju Kalimantan, ia sengaja tidak memberitahu Rifqy. Saliha ingin membuat surprise kedatanganya hari ini. Untuk pertama kalinya Saliha menginjakkan kakinya di bumi Kalimantan, ia ingin segera menemui suaminya dan menanyakan segala kegundahan hatinya. Saliha berharap akan menemui jalan keluar dari permasalahan ini. Saliha mengetik sebuah pesan mengabarkan dirinya akan datang menemui Rifqy, dan menyuruhnya menjemputnya di Bandara.
“Kenapa tidak mengabari akan datang kesini,” tanya kak Rifqy.
“Surprise kak, maaf Saliha tidak memberitahu,” ucap Saliha dengan gemetar
“Bagaimana kabar keluarga, maaf kakak belum sempat pulang,”
“Alhamdulillah baik kak,”
***
            Selama lima hari berada di Kalimantan, Saliha benar-benar di manja oleh Rifqy. Selama itu mereka berbulan madu, Saliha di ajak berwisata mengelilingi kota Pontianak. Segala kegundahan hatinya hilang setelah melihat sikap Rifqy. Segala pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Rifqy seketika musnah sudah. Rifqy berubah menjadi sosok suami yang romantis dan baik hati. Itulah yang membuat Saliha semakin mencintainya suaminya.
“Kak, besok Saliha pulang ke Jawa,” ucap Saliha.
“Kita akan berpisah untuk sementara sayang,” ucap Rifqy seraya membelai mesra rambut saliha.
            Hari ini Saliha harus pulang ke Jawa, sejujurnya ia berat meninggalkan suaminya. Saliha masih ingin menghabiskan waktu bersama Rifqy. Sungguh berpisah dengan belahan jiwa sangat menyakitkan, batin Saliha.
            Sesampainya di Bandara, Saliha merasa ada sepasang mata yang mengawasi gerak-gerik tubuhnya. Perempuan berkerudung biru di dekat tangga. Perempuan itu terus memandang Saliha dan Rifqy secara bergantian. Sorot mata yang tajam mengekspresikan kemarahan.
“Kak, siapa wanita berkerudung biru itu. Dia terus memandangi kita,” Tanya Saliha.
“Dimana....?” Rifqy berucap setengah terbata. Ia melihat sosok perempuan itu. Perempuan yang pernah dicintainya dulu sewaktu SMA. Rifqy terlihat pucat pasi menahan gejolak perasaan di hatinya.
“Assalamualikum! Apa kabar Rifqy, Saliha?” ucap wanita itu.
Siapa dia, kenapa dia mengetahui namaku. Ada apa dengan kak Rifqy, wajahnya terlihat pucat pasi setelah di sapa wanita itu. Gumam Saliha.
“Alhamulillah baik Rani,” Ucap kak Rifqy. Seraya menarik tangan Saliha mejauhi wanita itu.
Ya Rabb, takdir apa lagi ini. baru saja aku merasakan kebahagiaan dengan suamiku. Kini aku bertemu dengan wanita yang telah mengganggu rumah tanggaku. Apa yang harus hamba lakukan Ya Rabb? Gemuruh suara hatinya.
“Kak, Saliha harus pulang. Pesawat sebentar lagi akan Take Off,” Ucap Saliha.
“Hati-hati di jalan sayang, Sesampai di rumah hubungi kakak segera,” ucap kak Rifqy seraya mencium keningku.
            Saliha berjalan menuju pesawat, sekilas menoleh ke belakang mencari sosok suaminya. Saliha melihat dengan jelas suaminya berjalan bersama dengan Rani. Tak kuat Saliha memendam rasa sakit yang tiba-tiba menyeruak di hatinya.
Semoga kak Rifqy segera memberi penjelasan padanya tentang wanita bernama Rani, Saliha berdoa dalam hati.
***
“Rifqy, Siapa wanita yang bernama Saliha itu,” Tanya Rani dengan cemas.
“Dia istriku Ran. Maafkan aku!” Ucap Rifqy dengan lirih.
“Apa? Kamu sudah menikah? Bagaimana ini terjadi?” Rani berkata dengan kerasnya.
“Dia wanita pilihan kedua orang tuaku Ran, aku sudah memperjuangkanmu. Kedua orang tuaku tetap tak memberi restu,”
“Lantas, kenapa kamu menyembunyikan ini dariku. Kamu tidak berfikir bagaimana sakit hatinya aku Qy. Kamu kejam...jahat Qy,” Rani menangis tersedu menahan emosi yang bergejolak di hatinya.
“Aku takut mengecewakanmu, aku harap hubungan kita berakhir disini. Aku sudah mempunyai Istri,” ucap Rifqy seraya meninggalkan Rani sendiri.
***
            Sesampainya di rumah, saliha mengurung dirinya di kamar. Keluar hanya untuk mengambil makanan dan pergi bekerja. Semua keluarganya panik dengan perubahan sikap Saliha. Umi saliha mencoba menghubungi Rifqy, namun hasilnya nihil. Nomer Hpnya tidak aktif. Begitupun saliha, sejak kepulanganya ia belum menghubungi Rifqy. Komunikasi diantara keduanya berantakan. Sebuah ujian yang berat di awal rumah tangga mereka.
            Saliha terlihat lebih kurus dari sebelumnya, ia menghabiskan waktunya sendiri di kamar. Abi dan Umi Saliha sudah lelah menasehati, mereka hanya bisa mendoakan apa yang terbaik untuk anaknya.
            Saliha menjadi sering mendatangi pantai ketika sore hari. Ia berharap Rifqy pulang dan memperbaiki hubungan rumah tangganya. Rifqy lebih suka pulang ke Jawa menggunakan kapal, karena kecintaanya terhadap laut. Saliha selalu merenung, menatap senja, melihat matahari yang yang tenggelam. Berganti menjadi kegelapan dan muncullah bulan menerangi malam. Saliha juga berharap masalahnya akan menemui titik terang dan berakhir bahagia.
***
Rifqy merasa bersalah dengan Saliha, dia telah menyakiti perasaan istrinya. Rifqy akan pulang ke Jawa dan menjelaskan semuanya. Rifqy tidak ingin rumah tangganya hancur. Saliha adalah masa depanku, sedangkan Rani adalah masa laluku. Batin Rifqy.
            Rifqy bergegas mempersiapkan kepulanganya ke Jawa, sudah tiga bulan ia tak bertegur sapa dengan istrinya. Sungguh Rifqy menyalahkan rasa egoisme dalam dirinya. Selama itu ia menelantarkan istrinya. Rifqy akan pindah tugas ke Jawa, ia menebus kesalahanya pada Saliha. Tunggu aku Saliha, I Love You. Batin Rifqy.
            Rifqy menaiki kapal yang akan mengantarkanya ke tanah Jawa. Kapal itu akan berlabuh di kota semarang. Rifqy tak sabar untuk segera tiba di pelabuhan. Ia sengaja merahasiakan kepulanganya. Ia ingin membuat kejutan buat Saliha.
***
Saliha menatap pantai di pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Hatinya seakan berkata, Kak Rifqy akan datang menemuinya hari ini. selama tiga bulan terakhir saliha selalu mendatangi pelabuhan itu seminggu sekali. Ia berharap di akhir weekend itu Rifqy pulang. Namun harapanya selalu sia-sia, ia tak pernah terlihat kepulangan Rifqy ke Jawa. Hingga kedatanganya hari ini ke palabuhan seakan menguatkan hati Saliha untuk menunggu kepulangan Rifqy.
“Saliha ayo pulang! Sudah gelap, nanti dimarahi Abi,” ucap Nadia kakak perempuanya.
“Saliha masih ingin disini, Saliha ingin menunggu kak Rifqy,” jawab Saliha sedih.
“Sudahlah, lupakan laki-laki yang telah menyakitimu. Hidupmu bukan hanya untuk meratapi kepedihan ini Saliha. Masih banyak hal membahagiakan yang belum kamu capai saat ini,”
            Akhirnya saliha menurut untuk pulang, di perjalananya keluar dari pelabuhan. Sebuah insiden besar merubah takdirnya. Saliha tertabrak sebuah truk yang sedang melintas di area pelabuhan. Saliha tidak melihat arah kedatangan truk itu, nasib naas menimpa Saliha. Tubuh saliha hancur lebur terlindas Truk. Nadia yang melihat adiknya menjerit sekuat tenaga. Saliha....!!!!
***
            Sesampainya di pelabuhan, Rifqy melihat segerombolan orang mengerubungi sebuah truk. Apa gerangan yang terjadi? Mengapa ramai sekali di tempat itu?. Batin Saliha. Rifqy melangkahkan kakinya mendekati keramain itu. Rasa penasaran menghilangkan keinginanya untuk segera pulang ke rumah menemui Saliha.
“Ada apa ya pak ramai sekali,” tanya Rifqy pada seoarang bapak tua.
“Ada kecelakaan, seorang wanita berjilbab terlindas Truk. Baru saja jenazahnya di bawa pulang,”
            Rifqy teringat akan Saliha, rasa khawatirnya memuncak. Ia menelfon Saliha untuk mengetahui keadaanya. Namun nasib telepon Rifqy tak dijawabnya. Rifqy segera berlari mencari taksi yang akan mengantarkanya ke rumah.
            Di ujung gang rumah Saliha, terpasang bendera warna kuning. Ada keramaian di rumah Saliha. Bendera kuning pertanda duka cita, siapakah yang meninggal. Rifqy mulai khawatir dan panik. Hatinya sudah bergemuruh menandakan kekhawatiranya. Rifqy turun dari taksi dan melangkahkan kaki menuju gerbang rumah Saliha. Terlihat ramai orang berkerumun disana. Rifqy sudah tertunduk lesu menahan gejolak dalam hatinya.
Saliha...kenapa kamu pergi sayang. Rifqi berteriak seolah bisa membangunkan kembali istrinya.
Namun takdir tak dapat merubah segalanya, Saliha telah berpulang. Rifqy sungguh menyesali rasa egoisnya. Rifqy belum sempat menjelaskan masalah dalam rumah tangganya. Rifqy belum sempat meminta maaf atas kesalahnya. Rasa penyesalan yang dalam saat ini membalut luka hati Rifqy.
 “Saliha selalu menunggu kepulanganmu di pelabuhan Qy. Tadi sore adala senja terakhir yang di lihatnya untuk menunggumu. Doa saliha terkabul qy, Kamu pulang tepat waktu,” ucap Nadia kakak Saliha dengan tetesan air mata.
***THE END***

Mahabbah Rindu Dibalik Penjara Suci

Mahabbah Rindu Dibalik Penjara Suci

Ya Sayyidi Ya Rasululaah, Ya Man lahul Jaa ‘Indallah,

Innal Musii Inna Qodja’uu, Lidzambi Ya Astagfirunallah,

Ya Sayyidar Rusli Ya Thohir, Ya Ghoyatal Qosdhi Wasyani,

Sholla ‘Alaikal ‘Alal Qodiir, Fikulli Waakhtim Wa Ahyani....

Gema takbir dan sholawat memenuhi Masjid Baitussholihin. Tiada henti menyeru dan menyebut asma Allah dan Rasul-Nya. Hasna Zharifa, satriwati baru di Pondok Pesantren Darul Falah terlihat berjalan menyusuri lorong sempit yang menghubungkanya dengan rumah kyai Rahman. Sembari berdialog dengan hatinya, Hasna teringat pertengkaran dengan ayahnya sebulan lalu. Beliau menolak keras permintaanya untuk nyantri disini. Namun bundanya mendukung rencana tersebut. Berbekal restu bundanya, Hasna berangkat mencari ilmu di pesantren.
Sesampainya di ndalem (Sebutan rumah) Kyai Rahman, umi Salma menyambut kedatangan Hasna dengan sukacita. Umi Salma ini istri dari kyai Rahman, pemilik Ponpes Darul Fallah. Sosok yang sudah tidak asing lagi bagi Hasna, karena umi Salma ini teman dari bundanya sendiri.
 “Assalmualaikum, umi,”
“Waalaikumsalam. Ada apa Hasna?” ucap umi Salma.
“Hasna ingin mengembalikan Kitab Alfiyah ini Umi,”
“Sudah beli yang baru Na. Besok bantuin Umi di ndalem ya...akan ada syukuran, Abah pulang umroh,”
“Insyallah...Hasna pamit Umi. Assalamualaikum!” Ucap Hasna seraya meninggalkan umi Salma.
***
Suasana pesantren begitu nyaman dan sejuk bagi Hasna, suasana yang menggetarkan hatinya untuk terus menyebut asma Allah. Istilah penjara suci memang pantas di sandang pesantren yang menjadi tempat menimba ilmu agama. Jauh dari keluarga, tinggal dalam asrama, bertemu dengan kawan-kawan dari seluruh penjuru nusantara. Saling berbagi dan kebersamaan begitu kuat terjalin di lingkungan para santri. Mereka semua semata-mata belajar agama hanya mengharap ridho illahi.
Selepas isya’, Hasna mengikuti kajian kitab kuning ‘Qurotul Uyun’ oleh umi Salma. Terkantuk-kantuk dia ngapsahi kitabnya. Maklum saja, Hasna masih menjadi mahasiswa di IAIN Walisongo. Kesibukanya di kuliah menuntut ia untuk sering begadang mengerjakan tugasnya.
“Ukhti(panggilan perempuan)Hasna...bangun,” bisik seorang gadis cantik disampingnya.
 “Iya ukhti, sudah selesai kajianya?” tanya Hasna pada gadis yang bernama Farida.
“Sudah ukhti. Mari kembali ke kamar...ukhti kelihatan capek sekali,”
            Memasuki semester 6 benar-benar menyita kesibukan Hasna. Persiapan PPL, KKN dan skrispsi mulai menjadi pekerjaan dalam waktu dekat ini. Ia seringkali bolos kajian dan meninggalkan kegiatan di pesantren. Hasna ingin membuktikan pada Ayah dan Bundanya bahwa kuliah sekaligus nyantri itu bisa dilakukan bersama. Namun Hasna tidak bisa menutupi kegundahan hatinya, ia terlampau lelah melakukan rutinitasnya, menjadi mahasiswa dan seorang santriwati.
“Ukhti Farida, besok pondok jadi ada tasyakuran abah Rahman,” tanya Hasna
“Iya ukhti, bukanya umi Salma sudah berpesan untuk membantunya dalam  acara itu,” Jawabnya.
“Iya, tidak sepantasnya kita tidak hadir ya ukhti,” Jawab Hasna sembari merebahkan badanya di kasur. Berharap pagi datang lebih lambat. Hasna ingin total istirahat. Badanya sudah mengeluh kesakitan, tapi nampaknya malam masih saja mengusik ketenangan Hasna dalam buaian mimpinya.
BRAKKKKKKK!!!!!!
Suara pohon tumbang terdengan beriringan dengan kehadiran petir dan halilintar. Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki berlari kecil menuju rumah di ujung asrama pondok ini.
Astagfirullah! Ada apa ini? batin Hasna
“Ukhti! Ayo keluar! Sepertinya ada pohon tumbang di sekitar pesantren.” Hasna membangunkan Farida yang masih terlelap.
“Iya...iya. Ayo keluar!” Seraya menarik jilbab, dipakaikanya untuk menutupi rambut panjangnya.
            Benar saja puluhan santri telah berkumpul di depan rumah umi Salma. Pohon beringin tua itu roboh menimpa teras rumah. Bersyukur tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Samar-samar Hasna melihat sosok laki-laki yang sedang berusaha mengangkat pohon itu bersama dengan santri-santri lainya. Tanpa sengaja mata mereka bertemu. Tidak ada yang spesial dalam pertemuan ini. Namun Hasna sempat melirik beberapa kali sosok tersebut, sampai tubuhnya hilang masuk kedalam rumah umi Salma.
***
            Suara keributan dari arah dapur terdengar sampai ke kamar Hasna. Hari sabtu, weekend bagi para mahasiswa dan tidak ada jam perkuliahan. Hasna bersiap diri untuk membantu umi Salma di ndalem. Akan ada tasyakuran kepulangan Kyai Rahman dari umroh.
Dengan penuh semangat, Hasna menata berbagai makanan di atas piring. Sampai suatu ketika sosok bayangan laki-laki itu muncul, memecah lamunan Hasna. Seketika tubuh Hasna kaku, jantungnya berasa mau copot. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.
“Assalamualikum, lama tidak berjumpa Hasna...kaifa haaluki ya ukhti(Apa Kabar)?” Sapa laki-laki itu.
Laki-laki itu mengenalku, batin Hasna.
Ana bikhoir, akhi?(Saya baik, kamu(Lk)?).” Ucap Hasna dengan gugup.
“Alhamdulillah. Bagaimana kuliahmu Na? Aku dengar kamu ambil PPL di semester ini,”
“Iya akhi, biar lebih cepat lulus,” Jawabku.
“Semangat ya, semoga Allah senantiasa memudahkan jalanmu,” Ucapnya seraya meninggalkan Hasna.
Ya Rabb, siapa gerangan lelaki itu, dia begitu tahu tentang kehidupanku. Hasna mulai menebak, namun tak kunjung mengetahui namanya. Terbesit keinginaan untuk bertanya pada umi Salma, namun itu sama saja memperlakukan dirinya sendiri. Menanyakan seorang ikhwan di muka umum.
***
Suasana kampus IAIN sedang ramai oleh kampanye ketua BEM. Mading kampus dipenuhi profil para kandiditat ketua BEM. Hasna tidak banyak peduli pada pemilihan kali ini. Dia sudah disibukkan dengan persiapan PPL dan beberapa tugas semester yang sudah menantinya. Hari ini semua mahasiswa angkatan 2010 mendapat bimbingan dari dosen untuk keberangkatan PPL. Hasna tergesa-gesa menaiki tangga untuk mengejar waktu. Lima menit lagi dia akan terlambat, sungguh tidak ingin dia mempermalukan dirinya sendiri di depan orang banyak.
Bugg !!
Rok hasna terhimpit sepatunya sendiri ketika menaiki tangga, akibatnya dia terjatuh. Tubuhnya oleng dan jatuh terguling ke lantai bawah. Hasna tidak sadarkan diri, dalam beberapa menit kemudian tubuhnya sudah dikerumuni banyak mahasiswa di sekitar tangga.
            Hasna tersadar mendapati dirinya terbaring di rumah sakit. Tanganya di infus dan badanya berasa pegal-pegal semua. Ia mengingat jika dirinya jatuh dari tangga siang tadi, tapi siapa gerangan yang membawa Hasna ke rumah sakit. Hasna melihat sosok laki-laki yang pernah ditemuinya di rumah umi Salma. Dia sedang sholat di samping tempat tidur hasna.
Oh, laki-laki itu lagi, siapa dia...rasanya aku tak pernah mengenalnya, tapi kenapa dia muncul lagi, batin hasna.
Assalmualikum warahmatullah...” Laki-laki itu mengakhiri sholatnya
Ya Rabb, sembuhkanlah Hasna...jangan beri dia cobaan diluar batas kemampuanya. Hamba berjanji akan menjaga dan menyayanginya Ya Allah.”
Hasna yang mendengar doa itu, terkaget dibuatnya. Apa maksud doa lelaki itu, teka-teki ini belum juga terkuak. Hasna penasaran dibuatnya.
“Ukhti, sudah sadar? Alhamdulillah..orangtua ukhti sedang dalam perjalanan menuju kesini,” Ucapnya.
“Assalamualikum!” Suara ayah dan bunda memecah keheningan antara Hasna dan Rafa.
“Bagaimana keadaanmu, Nak? bunda tadi khawatir sekali mendengar Rafa telfon, kamu jatuh dari tangga,”
“Alhamdulillah sudah baikan. Mungkin perlu istirahat beberapa hari disini,” Jawab Hasna.
“Ya sykurlah. Terima kasih nak Rafa sudah menolong Hasna,” Ucap Bunda kemudian.
“Rafa pamit pulang dulu, syafakillah(Cepat sembuh) ya ukhti,” Ucap Rafa pada Hasna.
            Sepulang Rafa, bunda baru cerita jika Rafa ini teman kecilnya dulu. Dia pindah studi ke IAIN untuk melanjutkan S2. Hasna cukup mengenalnya. Bahkan Rafa pernah menjadi idolanya di waktu kecil. Sayang, kepindahan Rafa ke Kalimantan mengikuti orang tuanya memisahkan persahabatan mereka.
Rafa sudah tahu jika Hasna kuliah di IAIN, namun dia tidak ingin menggangunya. Takut jika Hasna telah melupakanya. Rafa sudah sering berkunjung ke rumah Hasna, namun itu semua dilakukan tanpa sepengetahuan Hasna. Rafa sengaja menyembunyikan identitasnya sampai Hasna menyadari sendiri, jika Rafa adalah sahabat masa kecilnya.
 “Bunda jahat, gag kasih tau Hasna,” Ucap Hasna.
“Itu permintaan Rafa sayang, tambah ganteng ya Rafa?”
“Iya bun, pasti banyak yang mau jadi istrinya,”
“Anak Bunda pasti mau kan?” Goda Bunda.
***
Bulan tersenyum malu menngantikan matahari. Malam mulai menyapa kota Semarang. Pintu-pintu rumah mulai tertutup, korden dan jendela tidak lagi melambai pada angin. Malam ini kota Semarang diselmuti gerimis. Syahdu sekali menyebut nama-Mu dalam iringan gerimis ya Rabb.
Dalam dzikir yang senantiasa Hasna lakukan, ia bermunajat pada Illahi Rabbi. Berharap kebaikan dan keselamatan senantiasa mengiringi langkah kakinya. Teringat Rafa, sudah seminggu sejak kepulanganya dari rumah sakit Hasna tidak lagi bertemu denganya. Ada rasa yang menggetarkan hati ketika menyebut namanya, rasa yang sulit di terjemahkan dalam untaian kata. Hasna tahu jika perasaanya pada Rafa muncul kembali, rasa sayang di waktu yang dulu.
Ya Rabb, ijinkan hamba merindu ciptaan-Mu,
Mencintainya dalam diam, Menyayanginya dengan hati yang ikhlas,
Ku tahu engakau Maha Pengasih lagi Maha Pemurah,
Kau limpahkan rasa ini atas Restu dan RidhoMu,
Akhi, Ana Ukhibbuka Fillah J
Hasna menangis dalam kebisuan malam, hatinya sakit menahan rindu. Rindu yang belum halal, rindu kepada sosok yang belum mahramya: Rafa!
***
“Kak rafa...kak?” Hasna mengejar laki-laki yang tergesa-gesa menuju perpustakaan.
“Iya Hasna. Ada apa?” Jawab laki-laki itu dengan lembut.
“Mmmm...Hasna mau minta tolong kak, bantuin Hasna buat kuesioner PPL,”
“Insyallah, ayo kita diskusi di perpus,” ajak Rafa.
            Berada dalam satu kampus, membuat Hasna sering bertemu Rafa. Kebersamaan mereka bukan lagi sebatas adik dan kakak. Rafa turut membantu tugas perkuliahan Hasna, begitu pula sebaliknya.  Mereka terlihat sebagai pasangan yang kompak, mulai terdengar beberapa mahasiswa menggunjingkan hubungan Hasna dan Rafa.
[Pesantren]
            Suasana pagi di pesantren masih di selimuti dengan bacaan Al-Qur’an. Para santri masih khidmat melantunkan ayat suci Al Qur’an. Hasna membuka jendela kamarnya, merasakan hangatnya angin yang memainkan ujung jilbabnya. Terlihat sosok Rafa memasuki rumah umi Salma. Akhir-akhir ini, Rafa sering mengunjungi umi Salma, namun Hasna tidak bisa menebak ada apa diantara mereka.
Mungkin hanya kunjungan biasa dari seorang santri, batin Hasna.
“Ukhti, sudah dengar berita belum,” Ucap Farida mengagetkan Hasna.
“Berita apa ukhti,” Tanya Hasna penasaran.
“Ukhti Farah, putri umi Salma yang nyantri di Lirboyo akan menikah,”
“Hari ini, keluarga calon suaminya datang untuk meminangnya,” Lanjut cerita Farida.
“Dengan siapa ukhti Farah akan menikah?”
“Kalau itu ana tidak tahu ukhti, hanya mendengar sebatas itu saja,”
***
            Suratan takdir illahi harus diterima Hasna dengan lapang. Laki-laki yang dicintainya ternyata calon menantu umi Salma. Hasna menangis meratapi nasibnya. Bagaimanapun juga dia harus ikhlas menerima. Hasna tidak sebanding dengan ukhti Farah : putri kyai, pintar, dan cantik. Beda jauh dengan dirinya saat ini. Hasna menyesali sikap bodohnya selama ini dengan Rafa, dia tidak menyadari jika laki-laki yang di cintainya ternyata milik orang lain.
“Dik hasna...ini ada titipan dari kang Rafa,” Somad tukang kebun pesantren memberikan sebuah surat merah jambu kepada Hasna.
Syukron(Terima Kasih) kang,”
Assalamualikum uhkti Hasna...     
Maaf atas kelancangan ana menulis surat ini. Ana minta maaf atas apa yang terjadi selama ini. Sejujurnya ana sudah mempersiapkan diri untuk melamar anti. Ukhtilah yang ana tunggu, ukhtilah yang menjadi alasan ana kembali ke Semarang. Namun takdir berkata lain, umi dan abah menjodohkan ana dengan ukhti Farida, putri kyai Rahman. Afwan uhkti, ana tidak bisa menjadi laki-laki pemberani untuk menolak perjodohan ini. Ana tidak ingin mengecewakan abah dan umi. Semoga anti mendapat calon yang lebik baik dari ana.
Wassalamualikum wr.wb
Rafa Syafaraz
Hasna memeluk erat surat pemberian Rafa. Tangisnya tak terbendung lagi, tumpah menjalar di pipi. Inilah skenario indah illahi, manusia boleh berencana, namun Allah punya rencana yang lebih indah.
            Hasna mengemasi barang di kamarnya. Hari ini dia ingin pulang ke rumah, bertemu dengan ayah dan bunda. Farida teman sekamarnya menangis pilu menatap prahara kisah cinta Hasna. Hasna tidak ingin terlalu lama meratapi kesedihanya, hidup harus tetap berjalan. Hasna pergi ke rumah Kyai Rahman, mohon izin untuk pulang ke rumah. Disana dia bertemu dengan ukhti Farida yang sedang membungkus undangan pernikahanya dengan Rafa.
 “Ukhti Hasna, ini undangan buat anti...datang ya.” Ucapnya dengan penuh senyuman.
Hati hasna bagai teriris pisau sembilu. Andai dia tahu seharusya namaku yang tercantum dalam undangan ini, batin Hasna
Hasna melangkahkan kaki keluar gerbang pesantren dengan deraian air mata. Sungguh indah rencana-Mu, Ya Rabb. Allahumma ajurny fi mushibaty wakhlufly khairan minha (Ya Allah berilah pahala pada musibahku dan gantikanlah dengan yang lebih baik darinya). Doa hasna dalam hati.


***END***